Sosialisasi Rumah Peradaban dan Launching Aplikasi


Medalsari, Jawa Barat – Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada hari Selasa, 4 Oktober lalu kembali melaksanakan kegiatan Rumah Peradaban di Desa Medalsari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kegiatan Rumah Peradaban kali ini adalah sosialisasi siswa dan launching aplikasi smartphone “Arkeomap”.

Peserta sosialisasi Rumah Peradaban ialah siswa SMA di Kabupaten Karawang sejumlah 150 orang. Turut hadir Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karawang, , Kepala Dinas Pendidikan yang juga mewakili Bupati Karawang yang berhalangan hadir, dan tamu undangan dari berbagai kalangan.

Acara dibuka oleh Bpk. Ir. Dadang Sudiyarto, M.A. sebagai Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan yang mewakili Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berhalangan hadir. Dalam acara Rumah Peradaban ini juga dilakukan penyerahan hadiah dan penghargaan  lomba penulisan essay pada acara Rumah Peradaban Sangiran dan Rumah Peradaban Gua Harimau sebelumnya. Para pemenang adalah siswa SMA dari Kab. Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, siswa SMA dari Kab. Sragen, Jawa Tengah, dan mahasiswi dari UGM.

Agenda berikutnya dalam rangkaian acara Rumah Peradaban adalah launching aplikasi smartphone “Arkeomap”. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melalui “Rumah Peradaban” menghadirkan aplikasi Arkeomap yang dibuat sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam bidang budaya, khususnya tinggalan arkeologi/purbakala. Melalui aplikasi ini, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi dengan melaporkan informasi yang berkaitan dengan tinggalan arkeologi, seperti adanya temuan benda-benda arkeologi, vandalisme (corat-coret atau pengrusakan pada benda arkeologi), kehilangan/pencurian, serta pelestarian benda purbakala/cagar budaya. Selain berupa pelaporan, masyarakat juga dapat memberikan apresiasi terhadap benda purbakala/cagar budaya yang ada di lingkungannya, dan masyarakat juga dapat ber-”nasis” ria dengan latar belakang benda cagar budaya. Peluncuran aplikasi diawali dengan pengantar dari Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yang diikuti dengan penanyangan videografis pengenalan dan penggunaan aplikasi “Arkeomap”.

Akhir acara, sebelum berkeliling ke sekitar lingkungan Desa Medalsari, Prof. (Ris). Dr. Harry Truman SimanjuntaK yang merupakan arkeolog senior, memberikan paparan tentang Rumah Peradaban Karawang. Dalam paparannya, beliau menyampaikan  “Mengapa Medalsari?” di Medalsari ada budaya yang masih bertahan, rumah panggung di tengah gempuran modernisasi. Medalsari kaya akan nilai, diantaranya adalah Ulu-Ulu: Sistem Tata Kelola Air, kebersamaan, persaudaraan, dan gotong royong, tradisi ritual penghormatan leluhur dan kesuburan (Upacara bakar kemenyan, hajat bumi, ngancak, nitipken, hanyat nyawa, rujakan, dll.). Selain itu Medalsari juga kaya akan kearifan lokal, dimana masyarakat bersahabat dengan alam menciptakan keserasian  hubungan manusia dan lingkungan, kekayaan lain yang dapat dilihat dengan mata adalah kaya akan keindahan alam. Semua yang dimiliki Medalsari sangat penting utnuk dilestarikan agar tidak hilang terkikis oleh perkembangan jaman.

Wilayah Medalsari yang airnya berasal dari Sungai Ciomas membuatnya memiliki lingkungan alam berupa curug (air terjun), yang dikenal dengan nama Green Canyon dan menjadi daya tarik wisata di wilayah ini. 

Masyarakat di Medalsari juga berusaha untuk melestarikan arsitektur rumah tradisionalnya, yaitu Rumah Panggung dengan lumbung padinya. Medalsari merupakan salah satu daerah yang masih memiliki banyak Rumah Panggung, akan tetapi dengan maraknya modernisasi, kurangnya kesadaran untuk melestarikan budaya lokal akan berdampak pada eksistensi budaya tersebut.

Oleh karena itu, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melalui Rumah Peradaban, mengajak masyarakat untuk mengungkap, memaknai, dan mencintai budaya sebagai upaya melestarikan budaya lokal di tengah globalisasi dan modernisasi.

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
Melalui kebersamaan dalam persaudaraanlah  kita dapat membangun bangsa yang beradab, adab yang berkeindonesiaan.